Virus cvpd pada tanaman jeruk




















Sampai tahun , penyakit CVPD telah dilaporkan terdapat di aceh, sumatera utara, riau, sumatera barat, jambi, sumetera selatan, bengkulu, lampung, DKI Jakarta, jawa barat, jawa tengah, jawa timur, bali, sulawesi selatan, DI yogyakarta dan sulawesi utara.

Penyebaran CVPD secara geografis dari satu daerah kedaerah lain, serta masuknya penyakit kedalam kebun disebabkan oleh bahan tanaman yang terinfeksi, terutama berasal dari penggunaan tunas mata temple yang terinfeksi. Sedangkan penyebaran ketanaman lain dalam satu kebun biasanya melalui vector diaphorina citri atau penggunaan tunas mata tempepl yang terinfeksi. Hubungan antara vector D. Cholil mahfud menyimpulkan bahwa. D, citri disamping berperan sebagai vector CVPD, juga dapat menyebabkan kerusakan langsung pad tanaman jeruk.

Bagian tanaman yang terserang parah biasanya mngering secara perlahan lahan kemudian mati. Serangan ringan mengakibatkan tunas- tunas muda mengeriting dan pertumbuhannya terhambat.

Kutu juga menghasilkan sekresi berwarna putih transpran berbentuk spiral, biasanya diletakkan berserak diatas daun atau tunas. Biologi dan perilaku D. Telur berwarna kuning terang berbentuk seperti buah alpokat, diletakkan secara tunggal atau berkelompok di kuncup permukaan daun daun muda, atau ditancapkan pada tangkai- tangkai daun setelah hari, telur menetas menjadi nimfa.

Nimfa yang baru menetas hidup berkelompok ditunas- tunas dan kuncup untuk menghisap cairan tanaman. Setelah berumur 2 atau 3 hari, nimfa menyebar dan menyerang daun- daun muda. Nimfa berwana kuning sampai coklat dan mengalami 5 kali pergantian kulit. Nimfa lebih merusak tanaman dari pada kutu dewasanya. Stadium nimfa berlangsung selama 17 hari. Pada kondisi panas siklus hidup dari telur sampai dewasa berlangsung antara hari, sedangkan pada kondisi dingin berlangsung selama 45 hari.

Seekor betina mampu meletakkan butir telur selama masa hidupnya. Stadium dewasa ditandai oleh adanya sayap sehingga mudah meloncat apabila terkena sentuhan. Serangga dewasa berwarna coklat tua, dengan panjang tubuh mm. Stadium dewasa ini bisa bertahan hidup selama hari. Kutu dewasa pertama yang membentuk koloni pada awal periode pertunasan sering kali sangat infektif dan membawa bakteri penyebab penyakit pada tunas- tunas baru.

Populasi D. Pada kondisi alamiah, penyebaran CVPD tergantung pada jumlah inokulum bakteri pada tanaman, kepadatan populasi vector, lamanya periode inoculation feeding. Tanaman inang patogen CVPD adalah anggota rutaceae seperti poncirus tripoliata, murraya paniculata, swing lea glutinosa, clausena indica, atalantia missionis, triphasia aurantiola, tapak dara dan cuscuta sp dirjen tanaman pangan.

Pengendalian penyakit CVPD harus dilakukan secara terpadu. Faktot- faktor yang perlu diperhatikan dalam penanggulangan CVPD tersebut adalah : 1. Pengadaan bibit jeruk bebas penyakit. Pengadaan bibit ini mendapat pengawasan dari balai pengawasan dan sertifikasi benih BPSB.

Dalam rangka ini, pusat penelitian dan pengembangan hortikultura telah mengembangkan teknik sambung tunas pucuk shoot tip grafting, STG seperti di riau, jawa timur, sulawesi selatan, jawa barat dan bali. Vector ini menularkan CVPD dipesemaian dan kebun serta terutama ditemukan pada tunas titrawidjaja, Agar populasinya tidak bertambah, penggunaan pestisida dapat dipertimbangkan.

Insektisida yang dapat mengendalikan populasi vector tersebut diantaranya dimethoate perfekthion, roxion 40 EC, rogor 40 EC, cygon yang diaplikasikan pada daun atau disuntikan pada batang, dan edosulfan dekasulfan EC. Tanaman jeruk yang terkena CVPD dengan tingkat serangan ringan, masa produktivitasnya dapat diperpanjang dengan infusan oksitetrasiklin HCI konsentrasi ppm.

Penyembuhan yang terjadi hanya bersifat sementara sehingga cara ini harus diulangi. Produksi tanaman yang terserang CVPD adalah rendah, tanaman ini tidak menghasilkan buah.

Sejak , jeruk menjadi lambang dalam piring lisensi negara. Hukum negara bahkan melindungi jeruk dari pencemaran nama baik dan melarang pengiriman jeruk yang masih hijau. Wabah ini disebarkan oleh serangga sejenis kutu loncat, menyebabkan kerusakan pembuluh tapis pada jeruk.

Para ahli memperkirakan wabah ini telah mempengaruhi lebih dari 70 persen perkebunan negara, hingga mengarah pada ledakan penelitian modifikasi genetik dalam rangka memperlambat laju infesksi. Pada tahun , panen jeruk turun 11 persen dari tahun sebelumnya.

Mereka telah melakukan karantina perkebunan di empat negara dalam upaya mencegah penyakit tersebut. Minggu, 21 Agustus WIB.



0コメント

  • 1000 / 1000